Tugas 3 Ilmu Sosial Dasar - Kebudayaan

Tugas 3 Ilmu Sosial Dasar

Nama: Kevin Allan Perdana

NPM: 50421720

Kelas: 1IA04

 


Batik


    Batik adalah kain Indonesia bergambar yang melalui teknik khusus dengan menuliskan malam, malam adalah suatu zat padat yang diproduksi secara alami. Kebanyakan malam diperoleh dari ekskresi tumbuh-tumbuhan, berupa damar atau resin, sedangkan sumber hewani untuk malam berasal dari sarang tawon dan lebah. Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang sampai kerajaan berikutnya beserta raja-rajanya. Kesenian batik meluas di Indonesia khususnya di pulau Jawa setelah akhir abad ke - 18 atau awal abad ke-19. Teknik batik sendiri telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari Mesir kuno atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika Barat seperti Nigeria, Kamerun, dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri Lanka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia dan Indonesia

 

    Hingga awal abad-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap baru dikenal setelah Perang dunia 1 berakhir atau sekitar tahun 1920. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia zaman dahulu. Kesenian tersebut pada awalnya hanya bisa dinikmati oleh keluarga kerajaan dan rakyat yang tinggal di lingkungan sekitar keraton, namun perlahan-lahan,  penyebarannya semakin meluas sehingga menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggangnya. Bahan-bahan pewarna yang dipakai ketika membatik terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari pohon mengkudu, soga, nila. Bahan sodanya dibuat dari soda abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah lumpur.

 

    Motif batik nusantara sangatlah kaya. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing. Batik Yogyakarta dan Surakarta (Solo), punya motif yang begitu klasik. Ada delapan motif batik larangan yang tidak bisa sembarangan digunakan, seperti motif parang rusak barong, parang rusak gendrek, parang rusak klithik, semen gedge sawat grudha, semen gedhe sawat lor, udan riris, rujak senthe, dan parang-parangan yang bukan parang rusak. Batik dari Madura, memiliki warna-warna yang berani sesuai dengan karakter orang-orang Madura yang berani dan tegas. Motif-motif batik Madura antara lain motif Tase Melaya (Tanjungbumi), Sekoh Bujel (Pamekasan), Gajar Sakereng (Tanjungbumi), Per Geper (Pamekasan), dan lainnya), berbeda dengan batik dari Priangan seperti Ciamis, Tasikmalaya dan Garut. Batik dari tanah Priangan dinilai sebagai simbol daya hidup dan keuletan. Motifnya juga khas. Ciamis, misalnya, punya batik motif Galuh Pakuan dan Pisan Bali. Sedangkan Tasikmalaya punya batik bermotif Merak Ngibing yang berwarna terang dan Cupat Manggu. Sedangkan Garut punya motif batik seperti Limar dan Rereng Dokter Seling Kembang. Pada saat ini malam pada kain batik diolah dan diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait.

 

    Kain batik sudah diakui sebagai warisan dunia. Pengakuan ini berlaku sejak Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO, menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009. Didalam website resminya UNESCO menjelaskan bahwa teknik, simbolisme dan budaya terkait batik dianggap melekat dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan, UNESCO menilai masyarakat Indonesia memaknai batik mulai dari prosesi kelahiran hingga kematian. Seiring dengan perkembangan zaman batik motif batik kini sudah menjadi produk yang kerap digunakan pada keseharian, baik formal maupun informal. Karya sejumlah desainer tanah air mungkin bisa menjadi contoh nyata aplikasi batik menjadi busana kekinian. Koleksi “Er-lum”, Koleksi kolaborasi desainer Mel Ahyar dengan Iwan Tirta Private Collection tersebut mengolah motif-motif batik peninggalan maestro batik Iwan Tirta. Ribuan motif batik Iwan Tirta yang khas dengan motif tradisionalnya tersebut mampu diolah oleh Mel Ahyar menjadi koleksi busana kontemporer yang tampak kekinian tanpa menghilangkan ciri khas motif Iwan Tirta itu sendiri. Karya Mel Ahyar dirancang dalam bentuk potongan dress lurus hingga A-line dan beberapa kreasi outwear.


    Didalam kehidupan sehari – hari saya, mulai dari Sekolah Dasar hingga kuliah pada saat ini saya selalu menyukai kemeja batik, setiap hari jumat saya selalu memakai batik ke sekolah karena setiap corak dari motif kain batik memiliki sesuatu yang unik bagi saya, pada saat liburan di Jogja dulu saya juga pernah melihat bagaimana teknk dan cara membatik langsung dari para pembatik di Jogja, dan pada saat SMA saya juga pernah mendapatkan materi untuk membuat batik tulis, prosesnya lumayan susah karena kita harus memperhatikan malam atau biasanya disebut lilin agar tidak terlalu cair atau terlalu padat, jika terlalu padat malam aau lilinnya tidak keluar dengan lancar melalui canting yang kita gunakan pada saat itu. Mungkin hanya sekian pendapat dari saya, dan saya ucapkan terimakasih bagi yang sudah berkunjung.

 

 Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_batik_di_Indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Batik

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/10/02/050500320/perjalanan-panjang-batik-dari-kraton-hingga-produk-mode-kekinian?page=all

 

           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa yang menurut Anda akan menjadi masa depan video game?

Berita televisi di era digital, akankah menjadi usang?